sub menu

Kamis, 31 Mei 2018

BAB III TOKOH-TOKOH DALAM PENYEBARAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Hamzah Fansuri

Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari

Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Syaikh Abdussamad Al-Palimbani

Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani

Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.

Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.


Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Wali Songo

Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Walisongo, beliau memilki beberapa nama, antara lain, Maulana Magribi, Syekh Magribi, Sunan Gresik, atau Syekh Ibrahim Asamarkan di  (Sebutan dalam Babad Tanah Jawi). Dikalangan para wali, Maulana Malik merupakan tokoh yang dianggap paling senior atau wali pertama. Beberapa versi menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat. Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14. Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada tahun 1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik. Beliau wafat di Gresik pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 822 H, bertetapatan dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batu nisan makamnya yang berada di Gresik.

Sunan Ampel ( Raden Rahmat )
Sunan Ampel merupakan sesepuh Walisongo pengganti ayahnya Maulana Malik Ibrahim, beliau lahir sekitar tahun 1401 M, mengenai tanggal dan bulannya belum ada kepastian sumber sejarah. Nama kecil beliau adalah Raden Rahmat, beliau adalah putra keturunan raja champa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Adipati Tuban Wilwatikta Arya Teja. Dari hasil pernikahannya beliau menurunkan dua orang putra dan dua orang putri. Dua orang putra tersebut adalah Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajad (Syarifudin), sedangkan dua orang putrinya adalah Nyai ageng Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Raden Rahmat memilki seorang adik Raden santri namanya, dan seorang kemenakan bernama Raden Berereh, mereka bertiga diperintahkan oleh orang tuanya untuk menghadap Raja Majapahit. Mereka berangkat ke Majapahit dan tinggal di sana selama satu tahun.

Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Nama lain Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana makdum Ibrahim, beliau lahir di Bonang, Tuban pada tahun 1465 M. Sunan Bonang merupakan putra sulung Sunan Ampel hasil pernikahannya dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila. Sejak kecil beliau dididik di lingkungan keluarganya dengan ketat sehingga menjadi Walisongo. Nama kecilnya Maulana Makdum yang diambil dari Bahasa Hindi. Ajaran Sunan Bonang terangkum dalam Kitab yang terkenal yaitu “Suluk Wujil’, mengkisahkan si Wijil yang berguru pada Sunan Bonang.
Sunan Drajad ( Raden Qasim)
Nama lain dari Sunan Drajad adalah Raden Qosim tau Syarifudin beliau hidup pada  zaman Majapahit akhir sekitar tahun 1478 M. Belum ada keterangan sejarah yang pasti mengenai kapan dan dimana Sunan drajad dilahirkan. Namun berdasarkan beberapa babad dan referensi sejarah Sunan Drajad merupakan putra dari Sunan Ampel hasil pernikahannya dengan Candrawati alias Ni Gede Manila. Dikisahkan bahwa sejak berusia muda Sunan Drajad telah diperintahkan ayahnya untuk menyebarkan agama Islam di pesisir Gresik. semasa muda beliau dikenal dengan raden Qasim. Sebenarnya masih banyak lagi nama-nama lain dari beliau berdasarkan beberapa Naskah kuno. Diantaranya beliau dikenal dengan nama Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifudin, Pangeran Kadrajat dan Masaikh Munar.

Sunan Giri (Raden Paku)
Nama lain Sunan Giri adalah Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin. Sunan Giri hidup sekitar tahun 1356 – 1428 M, ayahnya bernama Maulana Ishaq yang berasal dari Pasai serta ibunya bernama Sekardadu , Putri Raja Blambangan. Nama kecil sunan giri adalah Jaka Samudra  masa kecilnya diasuh oleh seorang janda kaya bernama Nyai Gede Pinatih, sebagian sumber menyebutnya Nyai Samboja. Ketika dewasa beliau berguru kepada Sunan Ampel, dan oleh Sunan Ampel beliau diberi gelar Raden Paku. Sunan Giri mengikuti jejak ayahnya Syekh Awwalul Islam atau Maulana Ishaq menjadi seorang mubalig, beliau bersama Sunan Bonang diperintahkan Sunan Ampel pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu tetapi mereka singgah terlebih dahulu kepada Maulana Ishaq untuk berguru padanya di Pasai

Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang terkenal dikalangan masyarakat jawa. Beliau ulama yang sakti dan cerdas, nama kecilnya Raden Sahid, merupakan putra dari Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban yang sudah menganut agam Islam, namanya berubah menjadi Raden Sahur. beliau menikah dengan Dewi Nawangrum, dan hasil pernikahannya lahirlah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1430-an. Kisah masa muda Sunan kalijaga sungguh sangat krusial, dia adalah seorang buronan dan perampok. Terdapat dua versi mengenai cerita masa muda beliau. Versi pertama mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan pencuri dan perampok harta milik kerajaan dan orang-orang kaya yang pelit. hasil dari rampokannya itu, ia bagikan kepada rakyat jelata yang miskin dan terlantar. Versi kedua mengatakan bahwa Raden Sahid merupakan seorang perampok dan pembunuh yang jahat. Mengenai Jalan hidupnya banyak terangkum dalam Naskah-naskah kuno jawa.

Menurut sejarah Raden Sahid diusir oleh keluarganya dari  kerajaan karena katahuan merampok, setelah itu dia berkeliaran dan berkelana tanpa tjuan yang jelas, hingga kemudian menetap di hutan Jatiwangi sebagai seorang yang berandal dan suka merampok

Sunan Kalijaga banyak berperan dalam mendirikan Mesjid Agung Demak selain senagai seorang pendakwah, Sunan Kalijaga terkenal dengan Budayawan. Ajarannya yang terkenal disebut dengan “Narima ing pandum”, yang di uraikan dengan Sikap rela, narima, temen, sabar, dan budi luhur.  Cara dakwah Sunan Kalijaga mengandung perdebatan dikalang para wali, karena Sunan Kalijaga mengakulturasikan adat dengan Syariat Islam sehingga menimbulkan sedikit perbedaan pendapat. Meskipun demikian semua wali tetap bersatu. Semuanya menyadari akan kondisi masyarakat  saat itu. Diantara para wali yang satu aliran dengan Sunan Kalijaga dalam berdakwah adalah Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan Kudus. Sedangkan cara berdakwah yang sedikit puritan adalah Sunan Ampel dan Sunan Drajad.

Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus lahir sekitar abad 15 M bertaepatan dengan abad 9 Hijriyah, ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus masih merupakan keturunan dari Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abi Thalib. Kakek Sunan Kudus adalah saudara Sunan Ampel. Ayahnya menikah dengan Nyai Syarifah, yang merupakan cucu dari Sunan Ampel. Dari hasil perkawinannya lahirlah Ja’far Shadiq. Berdasarkan hal tersebut kita simpulkan bahwa Sunan Kudus masih mempunyai hubungan pertalian darah dengan Sunan Ampel. Meskipun bergelar kudus, sunan kudus bukahlah berasal dari Kudus, beliau datang dari demak dan bertugas mnyebarkan Agama Islam di sana. Sunan kudus juga memiliki nama lain yaitu Ja’far Shidiq atau Dja Tik Su ( Nama Cinanya).
Sunan kudus merupakan sosok wali yang dihormati dan disegani oleh kawannya, beliau terkenal dengan wali yang paling pemberani. Selain itu, disamping beliau memegang kekuasaan, juga memegang Senapati dari kerajaan Islam Demak, jabatan itu sesuai dengan kepribadaian Beliau yang disiplin, kuat serta gagah berani. Beliau merupakan Senapati yang banyak berkorban dalam mempertahankan Kerajaan Islam Demak. Di Kudus beliau mendirikan mesjid yang bernama Menara Kudus. dan nama Sunan Kudus tertera dalam Inskripsi mesjid tersebut. Mesjid itu didirikan pada tahun 956 H bertepatan pada tahun 1549 M,  mesjid tersebut dijadikan sebagai pusat dakwah Sunan Kudus. Dalam mengajarkan agama Islam Sunan Kudus mengikuti jejak Sunan Kalijaga, yaitu menggunakan tut wuri handayani yang berarti Sunan Kudus tidak menggunakan cara-cara yang bersifat keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi sedikit . karena kondisi pada saat itu sebagian besar masyarakat kudus beragama Hindhu- Budha. Cara beliau berdakwah yaitu dengan memasukan syariat dan ajaran Islam kedalam adat kebiasaan masyarakat. Cara simpatik beliau dalam mnyebarkan Islam membuat para penganut agama lain bersedia mendengarkan ceramah agama islam darinya. Kebiasaan unik lainnya yang biasa Sunan Kudus laksanakan dalam berdakwah yaitu acara bedug dandang, yang berupa kegiatan menunggu datangnya bulan suci Ramadhan. kegiatan ini dilaksanakan di mesjid dengan mengundang para jamaah mesjid. Sunan Kudus terkenal juga dengan seribu satu kesaktiannya

Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga, hasil perikahannya dengan Dewi Sarah yang merupakan putra Maulana Ishaq. Nama kecil beliau adalah Raden Umar Said, Raden Said, atau Raden Prawata. Istrinya bernama Dewi Sujinah, kakak kandung Sunan Kudus. Putranya bernama Pangeran Santri. Jalur dakwah beliau meliputi lingkungan Gunung Muria, oleh karena itu beliau dikenal dengan Sunan Muria. Daerah dakwah Lainnya meliputi pelosok Pati, Kudus, Juana, sampai pesisir utara Jawa. Belum ada tanggal yang pasti kapan beliau dilahirkan. Keterangan sejarah yang ada hanya berbentuk dongeng dan cerita rakyat yang perlu penelitian. Padepokan Sunan Muria terletak di Colo, lereng Gunung Muria, sekitar 800 meter diatas permukaan laut

Gunung Jati
Sunan Gunung Jati merupakan seorang wali yang berasal dari Pasai. Beberapa sumber mengatakan bahwa nama lain Sunan Gunung jati adalah Faletehan atau Fatahilah. Sementara pendapat lain mngatakan bahwa Sunan Gunung Jati berasal dari Persia dan Arab. Sampai sekarang belum ada catatan sejarah yang pasti mengenai kelahiran beliau. Dan berdasarkan beberapa babad dan sumber sejarah beliau mempunyai banyak nama, diantaranya : Muhammad, Nuruddin, Syekh nurullah, Sayyid Kamil, Bulqiyyah, Syekh Madzkurullah, Syarif Hidayatullah, Makdum jati.

Sejak kecil Sunan Gunung Jati belajar ilmu agama dari orang tuanya di Pasai. Ketika menginjak usia dewasa , wilayah Pasai diduduki oleh bangsa Portugis yang datang dari malaka yang pada saat itu telah jatuh ke tangan portugis. Akibat pendudukan Portugis di Pasai. Banyak penduduk memberontak dan melakukan peperangan. Faletehan mengungsi ke tanah suci mekkah dan di sana beliau memperdalam ilmu agama Islam. Disana beliau tinggal kurang lebih 3 tahun. Faletehan datang kembali ke tanah airnya dan pergi ke Pulau Jawa. Kedatangannya di sambut baik oleh Kerajaan Islam Demak yang saat itu mencapai puncaknya berada di bawah pemerintahan Raden Trenggono (1521-1546).  Ketika datang ke pulau Jawa, beliau berdakwah di daerah jawa bagian barat. Berkat dakwahnya , banyak rakyat jawa barat yang memeluk agama Islam. Raden Trenggono pun menaruh simpati kepadanya sehinnga Falaetehan dinikahkan dengan  adik Raden Trenggono. Dakwahnya terus berlanjut, Raden Trenggono memerintahkan Faletehan untuk memimpin ekspedisi ke Banten dan Sunda Kelapa yang masyarakatnya masih beragama Hindu-Budha dan berada di bawah kekuasaan Pajajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PROFIL PENULIS

PROFIL PENULIS NAMA : KHOTIJAH, MAHASISWI DI IAIN PEKALONGAN JURUSAN TARBIYAH. ALAMAT : DS KALIPANCUR 02 KEC. BOJONG. KAB ...