sub menu

Kamis, 31 Mei 2018

BAB IV KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM AWAL INDONESIA


Kompetensi Inti (KI)
  1. Menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.
  2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif ) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
  3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
  4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari materi yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar (KD)
3.11. Memahami sejarah perkembangan kerajaan Islam awal di Indonesia.
3.12. Menganalisis peran kerajaan-kerajaan awal Islam terhadap perkembangan Islam.

Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan sejarah perkembangan kerajaan Islam awal di Indonesa.
2. Siswa mampu menganalisis peran kerajaan-kerajaan awal Islam terhadap perkembangan Islam.

Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam Awal di Indonesia

1. Kerajaan Samudera Pasai
Samudera Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah Meurah Khair. Ia bergelar
Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah Khair adalah Maharaja Mansyur Syah (dari tahun 1078-1133). Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah (dari tahun 1133-1155).
Raja Kerajaan Samudera Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja Nuruddin, berkuasa dari tahun 1155-1210. Raja ini dikenal juga dengan sebutan Tengku Samudera atau Sulthan Nazimuddin a-Kamil. Sultan ini sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga pada saat wafat, kerajaan Samudera Pasai dilanda kekacauan karena perebutan kekuasaan. Selanjutnya, Samudera Pasai diperintah Meurah Silu yang bergelar Sultan Malik-al Saleh (1285-1297). Meurah Silu adalah keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia) yang mendirikan dinasti kedua kerajaan Samudra Pasai.
Pada masa pemerintahannya, sistem pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan Kerajaan Samudera Pasai dan Perlak berjalan harmonis. Meurah Silu memperkokoh hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang Sari, anak Raja Perlak. Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudera Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di Selat Malaka.
Raja-raja Samudera Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad Malik Zahir (1297- 1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345), Sultan Manshur Malik Zahir (1345- 1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-1383). Raja selanjutnya adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin, kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam ke pulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak. Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M Samudera Pasai ditaklukkan oleh Majapahit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengalami kemunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M).

2. Kerajaan Aceh
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naik tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masuk ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
a. Masjid Baiturrahman Aceh
Sejarah mencatat bahwa usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang sudah berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di Pasai. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, Aceh Darussalam menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Kemenangan yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari aspek persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan persenjataan, karena memang tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata-senjata inilah yang digunakan kembali oleh pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis. Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke Malaka. Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590-1636). Pada masa itu, Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai Pariaman di wilayah pesisir Sumatera Barat, Perak di Malaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575.

3. Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa. Daerah-daerah pesisir seperti Tuban dan Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam. Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.
Raden Fatah adalah raja pertama Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun 1500- 1518. Pada masa pemerintahannya, agama Islam mengalami perkembangan pesat. Pengangkatan Raden Fatah sebagai Raja Demak dipimpin oleh para wali. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh para wali dan sunan sahabat Demak. Saat Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden Fatah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putrannya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak berhasil. Setelah Raden Fatah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun 1521 dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya, Sultan Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja Demak terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono mengirim Fatahillah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran. Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri. Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya Penangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ia kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang. Walaupun sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada Ki Gede Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan kemudian menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram.
Pada masa selanjutnya, Sultan Hadiwijaya tidak digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang puas dengan keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga dikelilingi oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian minta bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan Pajang. Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut kembali tahta Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak kuasanya pada Sutawijaya secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang pada Sutawijaya. Dengan demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Mataram.

4. Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan “jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Menurut Sulaiman Sulendraningrat yang mendasarkan pendapatnya pada naskah Babad Tanah Sunda (dalam Carita Purwaka Caruban Nagari), Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang.
Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembang sebutan cai­rebon (Bahasa Sunda: air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon. Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa, baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

5. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk.
a. Makam Para Sultan Banten
Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdul Fatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung.
Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten. Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur- Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.

6. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya terkenal di dunia internasional dengan sebutan Spice Island.
Pada abad ke 12 M, permintaan akan cengkeh dan pala dari negara Eropa meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas perdagangan terjadilah persekutuan daerah antar kerajaan. Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon), serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan antara Sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua. Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku.
Pada tahun 1512, bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Tidore. Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan, dan salah seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan dikuasai oleh bangsa lain.
Berdirinya benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas Ternate. Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan, sebaliknya, Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh, hal ini terjadi pada tahun 1570. Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya, memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate. Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun 1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku, Sulawesi, Papua, Mindanodan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.

7. Kerajaan Gowa dan Tallo

Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujungpandang. Sebelum abad ke 16, raja-raja Makassar belum memeluk agama Islam. Baru setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatera, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam. Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Aru (Tuan) Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat diberikan kemerdekaan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone Belanda berhasil menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi tiga buah kesepakatan, yaitu: VOC mendapat hak monopoli dagang di Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar, Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya serta mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone.

Peranan Kerajaan Islam Awal di Indonesia
Dalam perkembangannya, kerajaan Islam ini memiliki peran yang sangat besar dalam proses penyebaran agama Islam di tanah air. Beberapa peran dari kerajaan Islam yang dianggap penting tersebut di antaranya adalah:
1. Mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk di kerajaan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh, karena dalam sistem kerajaan, agama pilihan seorang raja pasti akan dianut oleh rakyatnya.
2. Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari kawasan Timur Tengah. Pada saat itu, para pedagang dari Gujarat kerap berkelana hingga ke daerah yang jauh untuk berdagang. Dengan adanya kerajaan Islam, maka ada kesamaan budaya dari kedua belah pihak sehingga lebih memudahkan dalam menjalin hubungan.
3. Mengubah budaya upeti yang banyak digunakan di zaman kerajaan sebelumnya.
4. Hal ini memberikan kemudahan pada rakyat karena tidak lagi mendapatkan beban membayar upeti kepada penguasa secara berlebihan. Kalau pun kerajaan memerlukan penggalangan dana lain, maka nilainya menjadi berbeda karena dalam Islam menyumbang kepada pihak lain merupakan tindakan mulia dan hanya Allah yang akan membalas dengan cara yang tidak pernah diketahui bahkan tak pernah dibayangkan oleh orang yang memberi sumbangan tersebut. Upaya memakmurkan rakyat menjadi tujuan kerajaan Islam yang lebih mudah diwujudkan. Tentu saja berbeda dengan sistem kerajaan sebelumnya di mana rakyat menjadi pengabdi kepada kerajaan dan kerajaan tidak secara otomatis mencari upaya untuk mensejahterakan rakyatnya.
5. Menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan apa yang ada pada ajaran Islam. Islam sebagai agama yang baru dengan mudah diterima karena tata nilai dan sistem di dalamnya terasa lebih adil. Masing-masing individu memiliki kesempatan yang sama untuk menempati derajat yang tinggi di mata Allah SWT tanpa membedakan latar belakang budaya, suku dan keturunan. Demikian pula dalam tata pergaulan sehari-hari, hubungan antar individu menjadi lebih baik, sopan santun dianggap sebagai akhlak yang mulia, sehingga setiap individu memiliki keinginan untuk meraihnya.
6. Dalam bidang keamanan, kerajaan Islam memiliki kewajiban untuk menciptakan kedamaian kepada seluruh rakyat, sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak akan terganggu dengan ancaman keselamatan.

BAB III TOKOH-TOKOH DALAM PENYEBARAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Hamzah Fansuri

Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari

Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Syaikh Abdussamad Al-Palimbani

Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.

Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani

Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.

Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.


Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia: Wali Songo

Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Walisongo, beliau memilki beberapa nama, antara lain, Maulana Magribi, Syekh Magribi, Sunan Gresik, atau Syekh Ibrahim Asamarkan di  (Sebutan dalam Babad Tanah Jawi). Dikalangan para wali, Maulana Malik merupakan tokoh yang dianggap paling senior atau wali pertama. Beberapa versi menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat. Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14. Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada tahun 1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik. Beliau wafat di Gresik pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 822 H, bertetapatan dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batu nisan makamnya yang berada di Gresik.

Sunan Ampel ( Raden Rahmat )
Sunan Ampel merupakan sesepuh Walisongo pengganti ayahnya Maulana Malik Ibrahim, beliau lahir sekitar tahun 1401 M, mengenai tanggal dan bulannya belum ada kepastian sumber sejarah. Nama kecil beliau adalah Raden Rahmat, beliau adalah putra keturunan raja champa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Adipati Tuban Wilwatikta Arya Teja. Dari hasil pernikahannya beliau menurunkan dua orang putra dan dua orang putri. Dua orang putra tersebut adalah Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajad (Syarifudin), sedangkan dua orang putrinya adalah Nyai ageng Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Raden Rahmat memilki seorang adik Raden santri namanya, dan seorang kemenakan bernama Raden Berereh, mereka bertiga diperintahkan oleh orang tuanya untuk menghadap Raja Majapahit. Mereka berangkat ke Majapahit dan tinggal di sana selama satu tahun.

Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Nama lain Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana makdum Ibrahim, beliau lahir di Bonang, Tuban pada tahun 1465 M. Sunan Bonang merupakan putra sulung Sunan Ampel hasil pernikahannya dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila. Sejak kecil beliau dididik di lingkungan keluarganya dengan ketat sehingga menjadi Walisongo. Nama kecilnya Maulana Makdum yang diambil dari Bahasa Hindi. Ajaran Sunan Bonang terangkum dalam Kitab yang terkenal yaitu “Suluk Wujil’, mengkisahkan si Wijil yang berguru pada Sunan Bonang.
Sunan Drajad ( Raden Qasim)
Nama lain dari Sunan Drajad adalah Raden Qosim tau Syarifudin beliau hidup pada  zaman Majapahit akhir sekitar tahun 1478 M. Belum ada keterangan sejarah yang pasti mengenai kapan dan dimana Sunan drajad dilahirkan. Namun berdasarkan beberapa babad dan referensi sejarah Sunan Drajad merupakan putra dari Sunan Ampel hasil pernikahannya dengan Candrawati alias Ni Gede Manila. Dikisahkan bahwa sejak berusia muda Sunan Drajad telah diperintahkan ayahnya untuk menyebarkan agama Islam di pesisir Gresik. semasa muda beliau dikenal dengan raden Qasim. Sebenarnya masih banyak lagi nama-nama lain dari beliau berdasarkan beberapa Naskah kuno. Diantaranya beliau dikenal dengan nama Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifudin, Pangeran Kadrajat dan Masaikh Munar.

Sunan Giri (Raden Paku)
Nama lain Sunan Giri adalah Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin. Sunan Giri hidup sekitar tahun 1356 – 1428 M, ayahnya bernama Maulana Ishaq yang berasal dari Pasai serta ibunya bernama Sekardadu , Putri Raja Blambangan. Nama kecil sunan giri adalah Jaka Samudra  masa kecilnya diasuh oleh seorang janda kaya bernama Nyai Gede Pinatih, sebagian sumber menyebutnya Nyai Samboja. Ketika dewasa beliau berguru kepada Sunan Ampel, dan oleh Sunan Ampel beliau diberi gelar Raden Paku. Sunan Giri mengikuti jejak ayahnya Syekh Awwalul Islam atau Maulana Ishaq menjadi seorang mubalig, beliau bersama Sunan Bonang diperintahkan Sunan Ampel pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu tetapi mereka singgah terlebih dahulu kepada Maulana Ishaq untuk berguru padanya di Pasai

Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang terkenal dikalangan masyarakat jawa. Beliau ulama yang sakti dan cerdas, nama kecilnya Raden Sahid, merupakan putra dari Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban yang sudah menganut agam Islam, namanya berubah menjadi Raden Sahur. beliau menikah dengan Dewi Nawangrum, dan hasil pernikahannya lahirlah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1430-an. Kisah masa muda Sunan kalijaga sungguh sangat krusial, dia adalah seorang buronan dan perampok. Terdapat dua versi mengenai cerita masa muda beliau. Versi pertama mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan pencuri dan perampok harta milik kerajaan dan orang-orang kaya yang pelit. hasil dari rampokannya itu, ia bagikan kepada rakyat jelata yang miskin dan terlantar. Versi kedua mengatakan bahwa Raden Sahid merupakan seorang perampok dan pembunuh yang jahat. Mengenai Jalan hidupnya banyak terangkum dalam Naskah-naskah kuno jawa.

Menurut sejarah Raden Sahid diusir oleh keluarganya dari  kerajaan karena katahuan merampok, setelah itu dia berkeliaran dan berkelana tanpa tjuan yang jelas, hingga kemudian menetap di hutan Jatiwangi sebagai seorang yang berandal dan suka merampok

Sunan Kalijaga banyak berperan dalam mendirikan Mesjid Agung Demak selain senagai seorang pendakwah, Sunan Kalijaga terkenal dengan Budayawan. Ajarannya yang terkenal disebut dengan “Narima ing pandum”, yang di uraikan dengan Sikap rela, narima, temen, sabar, dan budi luhur.  Cara dakwah Sunan Kalijaga mengandung perdebatan dikalang para wali, karena Sunan Kalijaga mengakulturasikan adat dengan Syariat Islam sehingga menimbulkan sedikit perbedaan pendapat. Meskipun demikian semua wali tetap bersatu. Semuanya menyadari akan kondisi masyarakat  saat itu. Diantara para wali yang satu aliran dengan Sunan Kalijaga dalam berdakwah adalah Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan Kudus. Sedangkan cara berdakwah yang sedikit puritan adalah Sunan Ampel dan Sunan Drajad.

Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus lahir sekitar abad 15 M bertaepatan dengan abad 9 Hijriyah, ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus masih merupakan keturunan dari Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abi Thalib. Kakek Sunan Kudus adalah saudara Sunan Ampel. Ayahnya menikah dengan Nyai Syarifah, yang merupakan cucu dari Sunan Ampel. Dari hasil perkawinannya lahirlah Ja’far Shadiq. Berdasarkan hal tersebut kita simpulkan bahwa Sunan Kudus masih mempunyai hubungan pertalian darah dengan Sunan Ampel. Meskipun bergelar kudus, sunan kudus bukahlah berasal dari Kudus, beliau datang dari demak dan bertugas mnyebarkan Agama Islam di sana. Sunan kudus juga memiliki nama lain yaitu Ja’far Shidiq atau Dja Tik Su ( Nama Cinanya).
Sunan kudus merupakan sosok wali yang dihormati dan disegani oleh kawannya, beliau terkenal dengan wali yang paling pemberani. Selain itu, disamping beliau memegang kekuasaan, juga memegang Senapati dari kerajaan Islam Demak, jabatan itu sesuai dengan kepribadaian Beliau yang disiplin, kuat serta gagah berani. Beliau merupakan Senapati yang banyak berkorban dalam mempertahankan Kerajaan Islam Demak. Di Kudus beliau mendirikan mesjid yang bernama Menara Kudus. dan nama Sunan Kudus tertera dalam Inskripsi mesjid tersebut. Mesjid itu didirikan pada tahun 956 H bertepatan pada tahun 1549 M,  mesjid tersebut dijadikan sebagai pusat dakwah Sunan Kudus. Dalam mengajarkan agama Islam Sunan Kudus mengikuti jejak Sunan Kalijaga, yaitu menggunakan tut wuri handayani yang berarti Sunan Kudus tidak menggunakan cara-cara yang bersifat keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi sedikit . karena kondisi pada saat itu sebagian besar masyarakat kudus beragama Hindhu- Budha. Cara beliau berdakwah yaitu dengan memasukan syariat dan ajaran Islam kedalam adat kebiasaan masyarakat. Cara simpatik beliau dalam mnyebarkan Islam membuat para penganut agama lain bersedia mendengarkan ceramah agama islam darinya. Kebiasaan unik lainnya yang biasa Sunan Kudus laksanakan dalam berdakwah yaitu acara bedug dandang, yang berupa kegiatan menunggu datangnya bulan suci Ramadhan. kegiatan ini dilaksanakan di mesjid dengan mengundang para jamaah mesjid. Sunan Kudus terkenal juga dengan seribu satu kesaktiannya

Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga, hasil perikahannya dengan Dewi Sarah yang merupakan putra Maulana Ishaq. Nama kecil beliau adalah Raden Umar Said, Raden Said, atau Raden Prawata. Istrinya bernama Dewi Sujinah, kakak kandung Sunan Kudus. Putranya bernama Pangeran Santri. Jalur dakwah beliau meliputi lingkungan Gunung Muria, oleh karena itu beliau dikenal dengan Sunan Muria. Daerah dakwah Lainnya meliputi pelosok Pati, Kudus, Juana, sampai pesisir utara Jawa. Belum ada tanggal yang pasti kapan beliau dilahirkan. Keterangan sejarah yang ada hanya berbentuk dongeng dan cerita rakyat yang perlu penelitian. Padepokan Sunan Muria terletak di Colo, lereng Gunung Muria, sekitar 800 meter diatas permukaan laut

Gunung Jati
Sunan Gunung Jati merupakan seorang wali yang berasal dari Pasai. Beberapa sumber mengatakan bahwa nama lain Sunan Gunung jati adalah Faletehan atau Fatahilah. Sementara pendapat lain mngatakan bahwa Sunan Gunung Jati berasal dari Persia dan Arab. Sampai sekarang belum ada catatan sejarah yang pasti mengenai kelahiran beliau. Dan berdasarkan beberapa babad dan sumber sejarah beliau mempunyai banyak nama, diantaranya : Muhammad, Nuruddin, Syekh nurullah, Sayyid Kamil, Bulqiyyah, Syekh Madzkurullah, Syarif Hidayatullah, Makdum jati.

Sejak kecil Sunan Gunung Jati belajar ilmu agama dari orang tuanya di Pasai. Ketika menginjak usia dewasa , wilayah Pasai diduduki oleh bangsa Portugis yang datang dari malaka yang pada saat itu telah jatuh ke tangan portugis. Akibat pendudukan Portugis di Pasai. Banyak penduduk memberontak dan melakukan peperangan. Faletehan mengungsi ke tanah suci mekkah dan di sana beliau memperdalam ilmu agama Islam. Disana beliau tinggal kurang lebih 3 tahun. Faletehan datang kembali ke tanah airnya dan pergi ke Pulau Jawa. Kedatangannya di sambut baik oleh Kerajaan Islam Demak yang saat itu mencapai puncaknya berada di bawah pemerintahan Raden Trenggono (1521-1546).  Ketika datang ke pulau Jawa, beliau berdakwah di daerah jawa bagian barat. Berkat dakwahnya , banyak rakyat jawa barat yang memeluk agama Islam. Raden Trenggono pun menaruh simpati kepadanya sehinnga Falaetehan dinikahkan dengan  adik Raden Trenggono. Dakwahnya terus berlanjut, Raden Trenggono memerintahkan Faletehan untuk memimpin ekspedisi ke Banten dan Sunda Kelapa yang masyarakatnya masih beragama Hindu-Budha dan berada di bawah kekuasaan Pajajaran

BAB II SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA


Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Kapan sebenarnya agama Islam masuk ke wilayah Indonesia? banyak sekali para ahli sejarah yang berusaha untuk menguak misteri mengenai waktu yang benar masuknya Islam di Indonesia. Perbedaan pendapat mengenai hal tahun masuknya agama Islam pun tidak dapat dihindarkan, para ahli memiliki pendapat dan bukti yang kuat untuk mempertahankan argumennya. Berikut ini beberapa pendapat mengenai kapan masuknya Islam di Indonesia.

1. Masuknya Agama Islam ke Indonesia pada Abad ke 7

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke 7 merupakan salah satu pendapat dari para ahli berdasarkan beberapa bukti yang berhasil ditemukan. Berdasarkan berita dari para pedagang Arab, ternyata pada abad ke 7 mereka sudah menjalin hubungan perdagangan di wilayah Nusantara. Meraka menjalin hubungan dagang dengan kerajaan di Sumatera yang telah berdiri pada abad tersebut yakni Kerajaan Sriwijaya.

Selain itu, mereka berpendapat bahwa daerah di Sumatera Utara atau saat itu merupakan wilayah yang kemudian menjadi Kerajaan Samudra Pasai merupakan pintu gerbang bagi para pedagang dari Arab. Bukti mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke 7 juga berasal dari berita Cina / Tiongkok. Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa orang-orang dari bangsa Persia dan Arab melakukan serangan terhadap pemerintahan Ratu Sima yang berlangsung pada Kerajaan Kaling pada tahun 674 M.

2. Masuknya Agama Islam ke Indonesia pada Abad ke 11

Selain abad ke 7, para ahli sejarah juga berpendapat bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke 11. Pendapat tersebut berdasarkan bukti yang berhasil ditemukan yaitu sebuah batu nisan bersejarah di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Batu nisan tersebut merupakan batu nisan dari Fatimah Binti Maimun. Angka tahun yang tercantum pada batu nisan tersebut yaitu tahun 1082 M.

3. Masuknya Agama Islam ke Indonesia pada Abad ke 13

Pendapat dari para ahli mengenai kapan sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang ke 3 yakni terjadi pada abad ke 11. Bukti yang menjadi dasar agama Islam masuk ke Indonesia pada abad tersebut meliputi : berita dari Marcopolo, runtuhnya Dinasti Abassiah pada tahun 1258, berita dari Ibnu Batutah tahun 1345, dan peninggalan batu nisan dari Sultan Malik As Saleh (Kerajaan Samudra Pasai). Itulah ketiga pendapat terkait kapan sejarah masuknya Islam di Indonesia yang perlu kita ketahui.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia tidak terlepas dari teori-teori yang mendukungnya. Berikut ini pendapat dari beberapa tokoh terkait dengan Teori Masuknya Islam ke Indonesia.

1. Teori Gujarat

Teori Gujarat merupakan pendapat dari tokoh yang bernama J Pijnapel dan Snouck Hurgronje. Mereka berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke 13, agama Islam yang ada di Nusantara berasal dari Gujarat, India. Teori Gujarat dikuatkan dari bukti yang berhasil ditemukan yaitu batu nisan Malik As Saleh. Selain itu, teori ini dikuatkan dengan miripnya ajaran agama Islam di Indonesia dengan Islam di Asia Selatan yakni ajaran Tasawuf.

2. Teori Persia

Pelopor teori ini bernama Hoessein Djajadiningrat, ia berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia merupakan berasal dari Persia. Orang-orang persia berdatangan ke Nusantara untuk melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Masuknya para pedagang Persia untuk menyebarkan pengaruh agama Islam tersebut terjadi pada abad ke 12. Bukti yang menjadi dasar dalam teori persia adalah adanya keberadaan aliran Syiah saat awal-awal Islam masuk ke Indonesia. Selain itu, terdapat kesamaan tradisi dan budaya Islam di Indonesia dan Persia, contohnya tradisi peringatan 10 Muharam.

3. Teori Makkah / Arab

Pada teori ini dijelaskan bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Makkah dan Madinah. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam masuk ke wilayah Indonesia terjadi pada abad ke 7 M. Dasar / bukti yang menguatkan Teori Makkah yaitu adanya perkampungan Islam yang terdapat di Sumatera Utara, tepatnya di Pantai Barus atau lebih dikenal dengan Bandar Khalifah. Bukti mengenai perkampungan tersebut berasal dari berita Cina yang dibuat oleh Chu Fan Chi. Orang-orang dari Arab tersebut selain melakukan perdagangan juga menyebarkan agama Islam, kemudian mereka membuat perkampungan Islam di daerah tersebut.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Lengkap

    Sumber Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara

    Sumber sejarah masuknya Islam ke Indonesia dapat kita ketahui dari 2 sumber yaitu sumber Internal (sumber dari dalam negeri) dan Eksternal (sumber dari luar negeri). Berikut ini penjelasan dari kedua sumber sejarah tersebut. 

    1. Sumber Internal Masuknya Islam ke Indonesia
    Sumber dari dalam negeri terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia berupa bukti-bukti yang berhasil ditemukan. Berikut ini bukti mengenai masuknya Islam ke Indonesia, antara lain :
    • Bukti berupa Makam dari Sultan Malik As Saleh yang ber-angka tahun 1297
    • Bukti berupa Batu Nisan dari Fatimah Binti Maimun yang ditemukan di Gresik dengan tulisan Arab, berangka tahun 1028.
    • Bukti ke tiga yaitu berupa Makam dari Syeh Ibrahim.
    2. Sumber Eksternal Masuknya Islam ke Indonesia

    Sumber dari luar mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia yaitu berupa beberapa bukti berita meliputi : berita Cina, Eropa, India, dan Arab. Berikut ini sedikit penjelasan mengenai berita-berita tersebut.
    • Berita dari Cina : Berita dari cina berisi mengenai sudah adanya para pedagang Islam di daerah Pantura (pantai utara) Jawa pada abad ke 14 Masehi. Berita ini merupakan catatan dari sekertaris laksamana Cheng Ho yang pernah mengelilingi dunia.
    • Berita dari Eropa : Berita ini berasal dari catatan orang Eropa yang pernah singgah di Nusantara pada tahun 1929 yakni bernama Marcopolo. Ia pernah singgah di Kerajaan Perlak dan menemukan perkampungan dengan penduduk penganut agama Islam.
    • Berita dari India : Dalam berita ini dijelaskan bahwa orang-orang Islam dari Gujarat, India mereka menjalin hubungan perdagangan di Nusantara. Selain melakukan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama Islam.
    • Berita dari Arab : Dalam berita ini dijelaskan bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke 7 Masehi atau tepatnya pada masa Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Hal ini dibuktikan dari adanya kampung muslim di daerah tersebut.

    Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia

    Siapa yang menyebarkan agama Islam di Indonesia? tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari Arab. Penyebaran Islam di Indonesia yang dilakukan oleh pedagang Arab tersebut dibantu oleh para pedagang dari India dan Persia. Kapan masuknya Islam di Indonesia? Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke 7 Masehi. Pada saat itu hanya sebagian penduduk yang mau bersedia menganut agama Islam. Hal ini karena penduduk masih berada dalam kekuasaan kerajaan Hindu atau pun kerajaan Budha.

    Penyebaran Islam di Indonesia berlangsung selama 6 abad, yakni dari abad ke 7 Masehi sampai abad ke 13 Masehi. Para pedagang dari luar tersebut menyebarkan agama Islam di daerah-daerah tempat mereka melakukan transaksi perdagangan atau daerah tepi pantai.

    Setelah kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha mulai runtuh, antara lain kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Agama Islam kemudian menyebar secara luas di Nusantara, ditambah lagi bermunculan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara seperti Kerajaan Samudra Pasai, Malaka, Demak, dll. Melalui kerajaan Islam tersebut agama Islam semakin berkembang pesat dan tidak hanya dianut oleh penduduk yang berada di pesisir pantau, tetapi menyebar sampai ke pelosok / pedalaman.

    Saluran Penyebaran Islam di Indonesia


    Pada perkembangannya, proses sejarah masuknya Islam di Indonesia dilalui secara damai dan dapat menyatu dengan adat istiadat yang sudah ada di dalam masyarakat. Penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa saluran, meliputi : perdagangan, kesenian, perkawinan dan pendidikan. Berikut ini penjelasannya..

    1. Perdagangan

    Seperti yang kita ketahui, saat itu Indonesia merupakan surganya para pencari rempah-rempah bagi para pedagang-pedagang dari luar. Dari perdagangan tersebut terdapat pedagang muslim baik dari Arab maupun dari India. Selain melakukan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama Islam sehingga muslim di Nusantara semakin banyak dan kemudian membentuk sebuah perkampungan muslim. Dari hal tersebut, perdagangan merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan masuknya Islam di Indonesia pada saat itu.

    2. Kesenian

    Salah satu contoh kesenian penting yang menyebabkan cepat berkembang dan masuknya Islam di Indonesia adalah kesenian Wayang. Pada saat itu, Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dengan bantuan kesenian Wayang. Ia mengadakan pementasan wayang dan sekaligus sebagai tempat untuk berdakwah agama Islam atau lebih tepatnya mengenalkan agama Islam ke Masyarakat.

    3. Perkawinan

    Para pedagang muslim yang singgah di Nusantara membutuhkan beberapa bulan untuk kembali ke daerahnya, hal ini dikarenakan saat itu mereka menggunakan kapal dengan bantuan arah angin sehingga menunggu arah angin yang tepat untuk kembali. Dari sini kita dapat menganalisis bahwa beberapa pedagang melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi sehingga masuknya Islam di Indonesia semakin berkembang pesat. 

    4. Pendidikan

    Perkembangan Islam semakin cepat karena fasilitas pendidikan berupa pesantren mulai dibentuk. Para santri yang berhasil lulus di pesantren tersebut kemudian kembali ke daerah asalnya dan menyebarkan agama Islam.

      Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Indonesia

      Proses penyebaran Islam yang berlangsung di Indonesia (Nusantara saat itu) terjadi sangat cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, meliputi:
      • Pertama, syarat masuk Islam sangat mudah, yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat.
      • Kedua, pelaksanaan ibadah sangat sederhana dan tanpa mengeluarkan biaya.
      • Ketiga, aturan dalam agama islam sifatnya tidak memaksa.
      • Keempat, agama islam tidak mengenal sistem kasta pada penganutnya, jadi kedudukan semua orang sejajar atau sama rata.
      • Kelima, penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.
      • Keenam, runtuhnya kerajaan besar saat itu yang menganut agama Hindu-Budha yakni kerajaan Majapahit.

      BAB I PEMBAHARUAN DAN MODERNISASI DUNIA ISLAM

      PEMBAHARUAN DAN MODERNISASI DUNIA ISLAM

      A.    PENGERTIAN PEMBAHARUAN DAN MODERNISASI DUNIA ISLAM
      Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
      Pembaharuan / Modernisasi Dunia Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan yang ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan, situasional, dan sebagainya.
      Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut dengan tajdîd yang berasal dari kata jadidsesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Pengertian ini menunjukkan bahwa sesuatu yang akan mengalami proses tajdid adalah sesuatu yang memang telah memiliki wujud dan dasar yang riil dan jelas. Sebab jika tidak, ke arah mana tajdid itu akan dilakukan? Sesuatu yang pada dasarnya memang adalah ajaran yang batil –dan semakin lama semakin batil-, akan ditajdid menjadi apa? Itulah sebabnya, hanya Syariat Islam satu-satunya yang mungkin mengalami tajdid. Sebabnya dasar pijakannya masih terjaga dengan sangat jelas hingga saat ini, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi, atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya dalam menjawab tantangan zaman yang senantiasa berubah. Hal ini dikarenakan menurut para tokoh pembaharuan Islam, dikarenakan terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat maka diperlukan adanya pembaharuan dalam pemikiran dan keagamaan masyarakat sehingga dapat sejalan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.

      B.     LATAR BELAKANG LAHIRNYA GERAKAN ISLAM MODERN
      Gerakan islam modern dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yakni :
      a.    Faktor Internal; faktor dari dalam Islam itu sendiri di antaranya :
      1.    Keyakinan (tauhid) yang dianut kaum muslimin pada saat itu yang bercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang membawa kepada takhayulbid’ah dan khurafat. Ajaran seperti inilah yang menyebabkan kemunduran Islam. Sementara di dunia barat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung kemajuan negara semakin berkembang.
      2.    Sifat jumud membuat umat Islam berhenti berpikir dan berusaha. Oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Kemajuan masyarakat hanya akan bisa tercapai melalui pengkajian ilmu pengetahuan yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam teknologi terapan dan kehidupan sosial yang nyata yang mempengaruhi ke arah kemajuan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan dan menggerakkan ijtihad di kalangan umat Islam.
      3.    Umat Islam terpecah belah, umat Islam tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah ajaran Islam. Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan yang memberikan inspirasi umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme barat.
      b.    Faktor Eksternal yaitu  Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dan barat. Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan antara kerajaan ustmani dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara kerajaan utsmani selalu menang dalam peperangan dan pada akhirnya mengalami kekalahan ditangan barat. Pembahuran dalam islam berbeda dengan renainsance pada dunia Barat. Jika renaisance Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan islam sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran agama islam. Islam bukan hanya mengajak maju ke depan untuk melawan segala kebodohan dan untuk kemajuan islam itu sendiri. Pada saat dunia Islam mengalami kemunduran, bangsa barat justru sedang mengalami kemajuan dan sedang melakukan ekspansi wilayah perdagangan baru. Jalur strategis yang selama ini menjadi jalur internasional telah dikuasai oleh Islam, sehingga mereka sulit melakukan transaksi-transaksi perdagangan melalui jalur tersebut. Dengan didukung oleh kesuksesan Christoper Columbus (1492M) yang berhasil menemukan benua Amerika. Vasco da Gama yang berhasil menemukan jalur ke Timur melalui Tanjung Harapan pada tahun 1498M menjadikan Benua Amerika dan kepulauan Hindia jatuh ke tangan bangsa Eropa. Dengan dibukanya dua jalur perdagangan tersebut, maka barat tidak lagi tergantung dengan jalur lama yang telah dikuasai umat Islam. Dalam melakukan ekspansi perdagangan, bangsa barat ternyata bukan hanya memiliki motif ekonomi tapi juga motif kekuasaan dan menyebarkan agama kristen. Tiga misi ini dikenal dengangold, glory dan gospel yang diterapkan dalam menaklukkan negara-negara Islam di dunia.

      C.    MACAM-MACAM GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM DUNIA DAN TOKOH-TOKOHNYA
      1.      Pembaharuan di Mesir
      a.       Muhammad Ibnu Abdul Wahab
      Muhammad bin Abdul Wahab ibn Sulaiman lahir pada tahun 1703 dan meninggal pada tahun 1787 M. di Uyainah, daerah Nejeb Saudi Arabia . Ia seorang pembaharu di Arabia, pengikut paham Ibnu Taimiyah dan bermazhab Hambali. Pelajaran agama sangat digemarinya, sejak kecil ia telah belajar ilmu agama pada ayahnya seorang Qadhi di Uyainah. Dengan kecerdasannya, dalam usia 10 tahun ia hafal Al-Qur’an.
      Muhammad ibnu Abdul Wahab adalah seorang yang sangat sibuk mengembara ke berbagai daerah untuk menuntut ilmu pengetahuan, kemudian ia sampai ke Bagdad dan di sinilah kemudian ia menikah dengan wanita kaya. Setelah lima tahun istrinya meninggal dan ia mendapatkan warisan sebesar 2000 dinar. Setelah itu ia kembali mengembara ke Kurdistan selama dua tahun, di Hamadan dua tahun dan pernah pula ke Isfahan, Qum ( Iran ). Perjalanannya ke berbagai daerah ternyata sangat bermanfaat baginya, bahkan ia melihat beberapa penyimpangan-penyimpangan akidah, yang diantaranya ialah :
      a.   Ia melihat kuburan atau makam para ulama syekh atau guru tarikat yng bertebaran di tiap kota ataupun desa ramai dikunjungi oleh masyarakat islam, dengan maksud memohon penyelesaian atas persoalan hidup sehari-hari.
      b.  Aspek lain yang menjadi perhatinnya adalah masalah Taqlid. Taqlid merupakan sumber kebekuan ummat Islam itu sendiri, disamping itu untuk memahami ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist, orang harus melakukan ijtihad, karena itu pintu ijtihad tidak pernah ditutup dan tidak perlu ditutup.
      Dalam hal tauhid ini Muhammad ibnu Abdul Wahab memusatkan perhatiannya terhadap pokok-pokok pikirannya, yang berpendapat bahwa:
      1.  Yang boleh dan harus disembah itu hanyalah Tuhan, dan orang yang menyembah selain dari Tuhan telah menjadi musyrikn dan boleh dibunuh.
      2.  Kebanyakan orang Islam bukan menganut faham tauhid yang sebenarnya. mereka meminta pertolongan bukan pada Tuhan, tetapi dari syekh atau wali dan dari kekuatan gaib.
      3.  Menyebut nama Nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantara dalam do’a juga merupakan syirik.
      4.   Meminta syafaat selain dari kepada Tuhan dan bernazar kepada selain Tuhan juga syirik.
      5.   Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, Hadits dan Qias (analogi) merupakan kekufuran.
      6.    Tidak percaya pada qada dan qadar Tuhan juga merupakan kekufuran.
      7.    Demikian pula menafsirkan Al-Qu’ran dengan ta’wil adalah kufur.
      Semua yang diatas dianggap bid’ah dan bid’ah adalah kesesatan. Kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek lain yang timbul sesudah zaman itu bukanlah ajaran Islam yang asli dan harus ditinggalkan. Dengan demikian taqlid dan patuh kepada pendapat ulama tidak dibenarkan. Muhammad ibnu Abdul Wahab bukanlah hanya seorang teroris tetapi juga pemimpin yang dengan aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Ia mendapat dorongan dari Muhammad ibn Su’ud dan putranya Abd al-Aziz di Nejd . Tahun 1787 Muhammad Abduh meninggal dunia, tetapi ajarannya tetap hidup dengan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiah.
      Pemikiran-pemikiran Muhammad ibnu Abdul Wahab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad 19 adalah sebagai berikut:
      1.      Hanya Al-Qur’an dan Haditslah yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
      2.      Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
      3.      Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
      b.      MUHAMMAD ALI PASHA
      Ia lahir di Kawalla Yunani pada tahun 1765 M dibesarkan d Turki. Muhammad Ali Pasha berhasil mengusir bangsa Prancis tahun 1801 M. Pada tahun 1805 dia di akui oleh pemerintahan Turki Usmani untuk menjadi pemimpin. Di antara ide-ide pembaruannya :
      1. Mendirikan lembaga pendidikan :
       Sekolah Militer (1815 M).
       Sekolah Teknik (1816 M).
       Sekolah Kedokteran (1827 M).
       Sekolah Apoteker (1829 M).
       Sekolah Pertambangan (1834 M).
       Sekolah Pertanian (1836 M).
       Sekolah Penerjemahan (1836 M).
      2. Mendatangkan guru – guru dari Eropa dan mengirim siswa – siswa untuk belajar di Eropa ± 311 orang pelajar Mesir dikirim ke Italia.
      c.       JAMALUDDIN AL-AFGHANI  
      Ia lahir di Afganistan pada Tahun 1839 M. Aktifitasnya berpindah – pindah dari negeri satu ke negeri yang lain. Pada saat berusia 22 tahun ia menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad Khan Afganistan. Padatahun 1864 M ia menjadi penasihatSer Ali Khan. Ia pernah diangkat menjadi perdana meenteri oleh A‟zham Khan.  Pada tahun 1869 M. Ia pindah ke India. Al Afgani mendirikan Al Uruwah Al Wusqo dengan tujuan untuk memperkuat rasa persaudaran Islam dan membawa Islam kepada kemajuan. Munurut Jamaluddin al Afgani Agama Islam sesuai dengan segala bangsa dan perkembangan zaman.
      d.      MUHAMMAD ABDUH
      Muhammad Abduh lahir di Mesir. Menurut keterangan beberapa orang Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 M. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairilla. Ia berasal dari Turki kemudian pindah ke Mesir. Ibunya berasal dari kalangan Arab yang silsilahnya sampai pada Umar bin Khattab. Ia mendapatkan pendidikan tinggi di Universitas al Azhar pada tahun 1866 M. Pada tahun 1877 M Abduh selesai belajar di Mesir. Kemudian ia menjadi tenaga pengajar di almamaternya tersebut. Di antara bahan ajarnya adalah buku-buku Ibnu Misykawaih tentang akhlak dan buku Ibnu Khaldun yang berjudul Muqaddimah.
      Pada tahun 1880 M, ia di angkat menjadi redaktur surat kabar al Waqa’i Misriyyah. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh sangat memengaruhi umat Islam kala itu. Ide-idenya banyak di tuangkan dalam beberapa karya tulis murid-muridnya, diantaranya Muhammad Rasyid Rida yang menulis Majalah al Manar dan Tafsir al Manar, Qasim Amin dalam buku Tahrir al Mar‟ah, Faridl Wadj dalam buku Dairah al Ma‟arif, dan tulisan-tulisan syekh Tanthawi Jauhari dalam at Taj al Murassa‟ bi Jawahir al Qur‟an wa al Umlum, Muhammad Husaid Haikal dalam bukunya Hayah Muhammad, Abu Bakar, dan sebagainya.
      e.       RASYID RIDHA
      Lahir pada tahun 1865 M di Libanon. Ia masih keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.. Ia memiliki gelar sayyid. Semasa kecil ia memperoleh pendidikan di madrasah tradisional al Qalamun. Tahun 1882 M. ia meneruskan pelajaran dimadrasah al Wathaniyah al Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) Tripoli. Rasyid Ridha adalah murid kesayangan Muhammad Abduh. Ide-ide pemikirannya adalah panjang tangan dari gurunya. Melalui majalah al Manar, ia tuliskan semua ide-ide pemikirannya. Rasyid Rida menafsirkan Alquran dengan gaya modern. Rasyid Rida tidak menyukai gerakan nasionalisme Mesir. Ia juga tidak setuju dengan gerakan muda Turki. Ia menganggap gerakan nasionalisme bertentangan dengan ajaran persaudaraan Islam.

      2.      Pembaharuan di Turki
      a.       SULTAN MAHMUD II (al Fatih)
      Ia lahir pada tahun 1785 M. Ia di angkat menjadi Sultan pada tahun 1807 M. Pada awal pemerintahannya Turki berperang melawan Rusia. Peperangan tersebut baru selesai pada Tahun 1912 M. Ia tidak menyukai dengan tradisi. Dalam bidang hukum, ia menghapus hukuman mati. Ia juga menghilangkan peraturan yang menyita harta orang yang di buang atau di usir karena melakukan perbuatan asusila. Ia menetapkan sistem pemerintahan Turki Usmani terbagi dalam dua bagian. Sebagai penguasa duniawi ia memakai gelar sultan, sedangkan sebagai penguasa rohani ia memakai gelar khalifah. Dalam bidang pendidikan ia menetapkan untuk memasukkan pendidikan-pendidikan modern. Ia juga mendirikan sekolah militer, teknik, kedokteran, dan pembedahan. Bahasa yang di pakai dalam kedokteran adalah bahasa Perancis. Ia pun mengirimkan siswa-siswa Turki ke berbagai negara Eropa untuk menuntut ilmu.
      b.      MUSTAFA KEMAL
      Pada Perang Dunai I Turki mengalami kekalahan. Pemimpin meraka yang dikomandoi oleh kabinet Turki Muda : Enver Pasya, Tala Pasya, dan Jemal Pasya lari ke Eropa. perdana menteri diisi oleh Ahmed Izzet. Ia mengadakaan perdamaian dengan pihak yang menang dalam perang dunia I Setelah berhasil mempertahankan Turki dari penjajahaan,Muustafa Kemal mendapatkan pujian dari rakyat. Bersama dengan para pemimpin Nasionalis, Mustafa Kemal mengeluarkan maklumat. Isi maklumat itu adalah sebagai berikut :
      1. Kemerdekaan tanah air dalam keadaan bahaya 2. Pemeritah di bawah kekuasaan sekutu 3. Rakyat harus berusaha membebaskan tanah air dari penjajahan asing 4. Gerakan membela tanah air dikoordinir oleh pusat 5. Perlu diadakaan kongres Dengan usaha yang terbangun oleh Mustafa Kemal pada tahun 1920 M diadakan sidang Anakra. Mustafa Kemal dipilih menjadi ketua. Sidang itu menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya :
      1. Kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat Turki
      2. Majelis nasional agung adalah perwakilan rakyat tertinggi
      3. Majelis nasional agung memiliki Majelis negara yang anggotanya di pilih dari majelis nasional agung dan menjalankan tugas perintah
      4. Ketua majelis nasional agung merangkap jabatan ketua majelis negara .
      Pada bulan oktober 1923 M, Majelis Agung Nasional mengabil keputusan menjadikan Turki sebagai negara republik dan presidenya adalah Mustafa Kemal. Pada 3 Maret 1924 M majelis memutuskan untuk menghapus jabatan khalifah dan negara republik Turki hanya memiliki satu pemimpin, yaitu presiden.  Pada tahun 1928 M Mustafa Kemal meresmikan Turki sebagai negara sekuler. Hal ini berarti bahwa mulai saat itu Turki bukan lagi sebagai negara Islam. Agama dan urusan politik tidak boleh dijadikan satu.
      3.      Pembaharuan di India-Pakistan
      a.    Muhammad Ali Jinnah lahir di Karachi pada tahun 1876 sebagai “Bapak Pendiri Pakistan” penerus  gerakan pembaruan sebelumnya Muhammad Iqbal sebagai arsitek, penggerak dan pemikir idealisme. Ia merupakan tokoh penentu tentang kebangkitan Islam India. Dengan segala kegigihan dan keberaniannya  ia terus mewujudkan suatu koloni Islam yang diikat dalam suatu pemerintahan Islam mandiri dan terbebas dari intervensi pihak manapun.
      b.    Muhammad Iqbal lahir pada tahun 1876 M . Pada tahun 1930 M ia terpilih menjadi Presiden Liga Muslim. Muhammad Iqbal adalah seorang filosof dan penyair. Ia berpendapat bahwa umat Islam mengajarkan dinamisme. Al-Quran selalu menganjurkan untuk memakai akal.
      c.    Sayyid Ahmad Khan dengan pandangan bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman, harus menghargai kekuatan akal, menentang paham fatalisme, menolak taklid, pendidikan merupakan satu-satunya jalan bagi umat Islam India untuk mencapai kemajuan.
      4.      Pembaharuan di Indonesia : Salah satunya adalah Muhammadiyah, dengan pemimpinnya KH. Ahmad Dahlan

      D.    PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN
      1.      Perkembangan Dalam Bidang Agama
      Masalah tauhid merupakan ajaran yang paling dasar dalam islam. Oleh kerena itu. tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada persoalan agama yang ia tuangkan lewat pokok-pokok pemikirannya.

      2.      Perkembangan Dalam Bidang Politik
       Terdapat dua agenda pemburuan dalam masyarakat islam tentang perkembangan politik yaitu:
      a.       Persoalan Internasional Politik Islam
      Jamaluddin AL Afgani merupakan tokoh utama penggagas internasionalisme. Islam secara politik. Menurut Al Afgani, umat islam harus menyatukan barisan dan kekuatannya dalam satu bentuk Pan-Islamisme. Halini menjadi sangat penting untuk membentengi diri umat Islam dari dominasi penjajahan Barat. Konsep nasionalisme, yang membuat umat islam terpecah-pecah dan terkotak-kotak dalam sekian banyak notion-state, tidak akan konduktif dan tidak dapat diharapkan untuk menghadapi dominasi Barat tersebut.
      b.       Persoalan Hubungan Agama dengan Konsep Negara dalam Islam
      Respon umat islam terhadap masalah ini muncul dalam tiga bentuk, respon kalangan modermis, revivalis, dan sekularis. Menurut kalangan revivalis, bentuk negara islam harus di kembalikan ke dalam bentuk pengalaman awal sejarah umat islam . Menurut tokohnyo, Abul A’la Al Mududin, kedalutan tertinggi dalam islam adalah Tuhan,Oleh karena itu, Al Quran haruslah menjadi konstituti dasar suatu negara islam.
      Bagi kalangan Modernis, Bentuk Negara islam di serahkan sepenuhnya kepada kebutuhan zamannya masing-masing, Yang terpenting adalah bahawa pengelolahan politiknya harus mempunyai landasan etik Islam yang kuat.
      Yang paling kontrovesial adalah kalangan sekularis. Berawal dengan menjelaskan sifat kepemimpinan Nabi, Ali Abdurraziq sampai pada kesimpulan bahwa islam tidak mengatur masalah –masalah kenegaraan, tidak memerintahkan, dan juga tidak melarangnya. Hal ini tampak dalam kepemimpinan Nabi yang murni bersifat keagamaan. Muhammad dalam pandangan Ali Abdurraziq, menyerahkan sepenuhnya masalah kenegaraan kepada umat islam secara rasional dan berdasarkan pengalaman historisnya masing-masing untuk mengatur, mengelola, dan memformat negaranya.
      3.      Perkembangan Dalam Bidang Ekonomi
       Perekonomian penduduk yang merupakan syarat utama bagi kelangsungan hidup dan hal ini disadari oleh Kerajaan Usmani sebagai negara yang mengalami awal masa pembaruan. Maka dalam hal perekonomian, Kerajaan Usmani melakukan hal-hal berikut:
      a.       Pada periode pertama, Usmani bertujuan menguasai beberapa jalur perdagangan dan beberapa sumner produktif.
      b.        Berbagai produk dari Irian, Teluk Persia, dan, Laut Merah membantu dalam menjadikan Usmani sebagai pusat perdagangan yang makmur.
      c.        Beberapa rute haji mengantar warga dari berbagai wilayah Kerajaan Usmani ke Mekah dan Madinah. Mekah merupakan sebuah kota pusat perdagangan rempah-rempah, mutiara, lada, dan kopi.
      d.       Penyediaan sarana kendaraan haji di Damaskus, Koiro, dan Bagdad menjadi kegiatan bisnis yang penting.
      e.       Dalam rentangan abad 15 dan 16, Basrah menjadi pusat perdagangan terbesar di Anotolia serta berbagai dermaga terbesar dalam pertukaran barang –barang.
      f.        Kota Istambul di bangun dengan merekontruksi beberapa institusi publik seperti sekolah, rumah sakit, tempat pemandian umum, dan tempat pengapdian.
      g.       Pada abad 17 dan 18, berlangsung perubahan situasi yang sangat menonjol dalam sistem kerajaan Usmani, artinya terjadi pula pecahnya peperangan yang berkepanjangan antara petinggi pusat dan petinggi lokal untuk memperebutkan kekuasaan terhadap pendapatan atas pajak produksi penduduk.
      4.      Perkembangan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan & Teknologi
       Beberapa tokoh yang terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan atau pemikiran islam tersebut antara lain sebagai berikut:
      1.        Jamaluddin Al Afgani (Iran Turki 9 Maret 1897)
      Salah satu sumbangan terpenting di dunia islam diberikan oleh Sayid Jamaluddin Al Afgani. Gagasan mengilhami kaum muslim di turki, iran, mesir, dan india.
      2.        Muhammad Abduh (Mesir 1849-1905) dan Muhammad Rasyid Rida
      Guru dan murid tersebut sempat mengunjungi beberapa negara Eropa dan terkesan dengan pengalaman mereka di sana. Rasyid Rida mendapat pendidikan islam tradisional dan mengguasai bangsa asing
      3.        Toha Husein (Mesir Selatan 1889-1973)
      Toha Husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan seseorang pendukung modernisme yang gigih.
      4.        Sayid Qutub (Mesir 1906-1966)dan Yusuf Al Qardawi
      Al Qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan. Jika modernisasi yang dimaksud bukan berarti upaya pembaratan dan memiliki batasan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta peneratan teknologinya, maka Islam tidak menolaknya, bahkan mendukungnya.
      5.        Sir Sayid Ahmad Khan (India 1817-1898)
      Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat muslim. Seprti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan moderen. Akan tetapi, berbeda dengan Al afgani, ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi moderen.
      6.        Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873-1938)
      Generasi awal abad ke-2 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah seorang muslim pertama dfi anak benua india yang sempat mendalami pemikiran Barat moderen dan mempunyai latar belakang pendidikan yang bercorak tradisional intelektual islam.
      5.      Perkembangan Dalam Bidang Seni & Budaya
       1.   Arsitektur
      Arsitektur ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam, madrasa dan adapula yang berfungsi melayani kepentingan sekunder, seperti istana, benteng, jalan-jalan raya, karava serai.
      Masjidil Haram artinya masjid yang di hormati atau dimuliakan. M asjid ini berbentuk empat persegi terletak di tengah-tengah kota mekah, Masjid ini merupakan masjid tertua di dunia.
      Masjid Nabawi adalah Masjid yang megah dan indah serta sangat luas.Masjid Nabawi bertahmbah megah dan indah dengan adanya sepuluh buah manara yang menjulang tinggi, 95 buah pintu yang lebar dan indah, dan juga kubah masjid yang dapat terbuka dan tertutup.
      Sekarang ini Tehera merupakan salah satu kota terbesar di Asia. Bangunan asitektur peninggalan Dinasti Qatar yaitu:
      v  Istana Niavarand, tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlepi dan keluarganya
      v  Pengkuburan Behesyyti Zahara, Pekuburan ini tempat dimakamkah puluhan ribu pahlawan Revolusi islam.
      2.    Sastra
      Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang berkarya sastranya bersifat islami di berbagai negara, misalnya:
      a.     Seorang sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di Pskitan (1877-1938)yang bernama Muhammad Iqbal, ia telah mengungkapakan filsafat tentang puisi menggunakan bahasa Urdu dan Persi.
      b.     Mustafa Lutfi Al-Manfaluti (1876-1926) seorang sastrawan dan ulama Al Azhar
      c.     Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) pengarang yang telah menulis Hayatu Muhammmad
      d.     Jamil Sidiq Az-Zahawi (1863-1936)seorang perintis sajak moderen dan seorang penyair tua
      e.     Abdus Salam Al-Ujaili (Lahir 1918)Seorang sastrawan di Suriah dan juga seorang dokter medis
      f.     Aisyah Abdurrahman seorang dokter dalam sastra klasik
      3.     Kaligrafi
      Kata Kaligrafi berasal dari Bahasa Yunani: Kaligrafiaatau kaligraphosKallos berarti indah gropho berarti tulisan.jadi kaligrafi berarti indah yang mempunyai nilai estetis.
      Perhatian umat islam indonesia terhadap seni kaligrafi cukup bagus. Hal ini ini di tandai antara lain:
      1.    Diadakan pameran lukisan kaligrafi nasional
      2.    Di selengarakannya Mussabaqah khaaf indah Al-Quran dalam setiap MTQ.

      E.     HIKMAH MEMPELAJARI PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN
      1.  Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialami umat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun dari kisah dalam Al Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yangmengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
      2.   Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petunjuk Nya,orang tersebut akan mendapat keselamatan.
      3.   Pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan perubahan-perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menajdi lebih efektif dan efisien.
      4.   Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat di kalanganbangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaranketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi.
      5.   Pembaruan mempunyai pengaruh besar pada setiap pemerintahan. Sebagai contoh,pada zaman Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. oleh karena itu, dibuatlah pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan yang memasukkan unsur ilmu pengetahuan umumke dalam sistem pendidikan negara tersebut.
      6.   Corak atau bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan agama, tetapipersoalan duniawi sehingga hal tersebut diserahkan kepada manusia untuk menentukannya. Hal seperti ini dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasya dalam menghapus sistem kekhilafan dari kerajaan Usmani.
      F.     NILAI-NILAI PERJUANGAN DARI GERAKAN PEMBAHARUAN DAN MODERNISASI ISLAM
      1.   NILAI PERSATUAN, mempunyai nilai dasar untuk menjalinpersatuandan kesatuan umat Islam yang selama ini terpecah karenaperbedaan paham danaliran.
      2.    NILAI SOLIDARITAS, mengandung nilai ukhuwah Islamiyahyaitupersaudaraan berdasarkan rasa senasib seperjuangan untuk membelaIslamdalam suka dan duka.
      3.   NILAI PEMBARUAN, nilai-nilai tajdid yang meliputi aspek agamayangbebas dari takhayul, bidah, khurafat, aspek ekonomi, dan aspek politik.
      4.    NILAI JIHAD, mengandung nilai perjuangan kerena ingin menemukankembali ajaran Islam yg penuh dgn dinamika perjuangan.
      5.    NILAI KEMERDEKAAN,mengandung nilai kemerdekaan terutama kemerdekaan berpikir

      PROFIL PENULIS

      PROFIL PENULIS NAMA : KHOTIJAH, MAHASISWI DI IAIN PEKALONGAN JURUSAN TARBIYAH. ALAMAT : DS KALIPANCUR 02 KEC. BOJONG. KAB ...